![]() |
| E.Nita Juwita,S.H.,MH |
| Kupang, 31/10/2025– Hari ini, sang surya di langit Nusa Tenggara Timur tampak bersinar lebih lembut, seakan ikut menyapu bukit-bukit batu kapur dengan cahaya emasnya yang paling hangat. Ia menyambut sebuah orbit baru dalam perjalanan manusia istimewa: E. Nita Juwita, S.H.,M.H Sang Ketua LBH Surya NTT, kembali berayun pada poros waktu, merangkul setahun lagi usia dalam petualangannya membagikan cahaya. |
Jika hukum adalah sebuah hutan belantara yang sering gelap dan penuh duri, maka Ibu Nita adalah pelita yang tak pernah layu. Nyala apinya bukan membakar, tetapi menerangi jalan bagi mereka yang tersesat, melelehkan belenggu ketidakadilan dengan kehangatan yang gigih. Setiap tahun yang bertambah adalah setetes minyak baru yang mengukir komitmennya untuk terus menjadi mercusuar di tengah lautan kebingungan.
Tangannya, yang kerap menuliskan tinta-tinta pembelaan, bagai angin timur yang lembut namun pantang surut. Ia mampu menerbangkan debu ketakacuhan, mengikis tebing-tebing kesewenangan, dan membawa benih-benih harapan untuk tumbuh di tanah-tanah yang paling gersang sekalipun. Usianya yang baru ini adalah satu lingkaran tahun lagi angin itu berhembus, membawa udara segar bagi nafas keadilan.
Di kantor LBH Surya NTT yang biasanya bergema dengan debat sengit dan narasi perlawanan, hari ini bergema dengan melodi yang berbeda. Ucapan selamat dan senyuman adalah rangkaian bunga metafora yang dipersembahkan untuknya. Bunga-bunga yang tumbuh dari biji-biji kebaikan yang selama ini ia tabur di setiap perjuangannya.
“Bagai seorang navigator bagi perahu-perahu yang terdampar, Ibu Nita tak hanya menunjukkan arah, tetapi juga memberinya keberanian untuk mengarungi samudera ketidakpastian. Di hari yang mulia ini, kami seluruh Paralegal dan Advokat LBH Surya NTT berdoa: semoga angin selalu berhembus di belakang layarmu, dan bintang-bintang keadilan selalu menjadi pemandu,” demikian sebuah doa yang terangkai dari sanubari timnya.
Dalam kesederhanaan perayaan, E. Nita Juwita bagai sebuah puisi yang tak pernah selesai dibaca. Setiap baitnya adalah dedikasi, setiap lariknya adalah keteguhan. Ulang tahunnya bukan sekadar penanda waktu, melainkan sebuah refrain yang indah dalam simfoni panjang perjuangan membela yang lemah.
Selamat Ulang Tahun, Ibu E. Nita Juwita. Teruslah menjadi syair yang dibaca oleh keadilan, dan lantunkanlah puisi-puisi pembebasan untuk NTT tercinta.



